Senin, 18 April 2011

LAA ILAHA ILLALLAH MAKNA, RUKUN DAN SYARAT-SYARATNYA

PENDAHULUAN
Sungguh ironi jika kita lihat fenomena umat islam pada jaman sekarang ini terutama di negeri kita Indonesia mereka adalah umat yang terbesar tetapi mereka bagaikan buih dilautan yang terombang-ambing oleh keadaan. Hampir disemua lini umat ini termajinalkan padahal umat islam menurut ALLAH subhanahu wa Ta’ala adalah umat yang terbaik seperti dalam firmannya dalam surah Ali ‘imran :110
  
“ Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”

Sehingga kita umat islam perlu koreksi diri apa yang salah pada kita karena firman ALLAH mutlak kebenarannya. Dari ayat diatas sifat dari umat yang terbaik adalah menyeru kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, serta beriman kepada Allah. Sudahkah kita menyeru kepada yang ma’ruf ?, sudahkan kita mencegah kemungkaran ? dan terakhir sudahkan kita beriman kepada ALLAH menurut apa yang dikehendakiNYA.

Oleh karena didasari ayat tersebut diatas penulis berusaha untuk memberikan penjelasan dari dasar yaitu tentang makna dan syarat-syarat dari kalimat Laa ilaha illallah.

PEMBAHASAN
Kalimat Laa ilaha illallah memiliki dua rukun yaitu penafian (penolakan) sesembahan-sesembahan (ilah-ilah) selain ALLAH yang terangkum dalam kalimat Laa ilaha dan penetapan hanya ALLAH lah yang berhak untuk di sembah.yang terangkum dalam kalimat illallah. Telah berkata ibnu Abbas bersyahadat Laa ilaha illallah mengharuskan seseorang yang bersaksi itu berilmu (mengetahui) bahwa sesungguhnya tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah (di ibadahi) kecuali hanya ALLAH sebagaimana firmanNYA dalam surah Muhammad:19
  
Maka ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain ALLAH

Kemudian beliau berkata lagi bahwasanya nama ALLAH disebutkan setelah kata illa kecuali menunjukkan bahwa penyembahan (ibadah) adalah wajib bagi NYA, sedangkan selainNYA tidak berhak sedikitpun untuk mendapatkan penyembahan itu. 
Kalimat tauhid ini mengandung perintah untuk mengkufuri thaghut yang terangkum pada kalimat Laa ilaha dan beriman kepada ALLAH yang terangkum pada kalimat illallah, sebagaimana firman ALLAH dalam surah An-Nahl :36

“Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut.”

Definisi thaghut menurut para ulama adalah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari ALLAH subhanahu wa Ta’ala dan mereka ridho untuk disembah.
Dan begitupula pada firman ALLAH dalam surah Albaqarah:256
  
“ Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. “

 Mufassirin menafsirkan (buhul tali yang amat kuat) adalah kalimat Laa ilaha illallah.

Konsekuensi dari kalimat tauhid ini adalah kita beribadah hanya kepada ALLAH semata sembari itu kita menjauhi syirik. Beribadah hanya kepada ALLAH merupakan pengejawantahan dari kalimat illallah sedangkan menjauhi syirik merupakan pengejawantahan dari kalimat Laa ilaha sebagaimana firman ALLAH dalam surah An Nisa :36
  
“ Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-NYA dengan sesuatupun “.

Syaikh Abudurrahman alu syaikh menjelaskan bahwa menjauhi kesyirikan merupakan syarat sahnya ibadah dikarenakan kesyirikan membatalkan semua amalan sebagaimana firman ALLAH dalam surah Azzumar 65

  
“ Dan Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu Termasuk orang-orang yang merugi “.

Mengesakan ALLAH dalam ibadah dan menjauhi kesyirikan merupakan dua perkara yang tidak dapat dipisahkan dalam berislam. Hal ini disebabkan hakekat dari islam adalah patuh terhadap semua perintah ALLAH dan menjauhi semua larangan ALLAH. Perintah teragung dalam perkara-perkara agama ini adalah mengesakan (mentauhidkan) ALLAH sebagaimana wasiat ALLAH kepada hambaNYA yang termaktub dalam surah Al israa’: 23
“ Dan Tuhanmu telah mewasiat agar kamu jangan beribadah kecuali hanya kepadaNYA “.

dan larangan yang terbesar dalam perkara-perkara agama ini adalah perbuatan syirik sebagaimana firman ALLAH dalam surah Luqman:13

“ Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang sangat besar".

Agar kalimat tauhid yang diucapkan berguna bagi si pelaku maka menurut Syaikh Ahmad Hakimi harus memenuhi tujuh syarat yaitu :
1.Ilmu, si pelaku harus mengetahui makna yang dikandung dari kalimat tauhid tersebut mengetahui apa yang ditolak (nafi) dan apa yang ditetapkan (isbath) sebagaimana firman ALLAH dalam surah Muhammad:19

Maka ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain ALLAH

2.Yakin, si pelaku yakin dan tidak ragu terhadap makna yang dikandung dari kalimat tauhid tersebut sebagaimana firman ALLAH dalam surah Alhujurat :15

“ Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar “.

3.Ikhlas, si pelaku membersihkan niat dalam mengucapkan kalimat tauhid tersebut dari segala bentuk niat selain ALLAH sebagaimana firman ALLAH dalam surah Albayinah:5


 “ Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus “

Begitupula khabar gembira yang beritakan oleh Rasullullah dari hadis yang diriwayatka oleh imam Bukhari 1/116 dari itban bin Malik, Rasullullah SAW bersabda
إن الله حرم على النار من قال لااله إلاالله يبتغى بذلك وجه الله

Sesungguhnya ALLAH mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan Laa ilaha illallah dengan mengharap wajah ALLAH (ikhlas).

4. Jujur, si pelaku kita mengucapkan kalimat tauhid tidak berdusta artinya apa yang diucapkan (dzahir) dibenarkan oleh hatinya (batin)


1. Alif laam miim, 2. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? 3. Dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.

Begitupula seperti yang dikhabarkan oleh Rasullullah dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari 1/44 dari Muadz bin jabal Rasullullah bersabda

ما من أحد يشهد أن لا إله إلا الله وأن محمد عبده ورسوله صدق من قلبه إلا حرمه الله على النار

Apabila sseorang bersaksi secara jujur dari hatinya bahwa tiada sesembahan yang hak selain ALLAH dan Muhammad utusan ALLAH, maka diharamkan baginya neraka.

5. Cinta, si pelaku mencintai aturan-aturan yang ada dalam kalimat tauhid ini, mencintai orang-orang yang mengucapkan dan mengamalkan syarat-syaratnya dan membenci hal-hal yang dapat membatalkan hal tersebut. Sebagaimana Firman ALLAH dalam surah AlBaqarah:165
  
“ Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah “.

Kecintaan pada ALLAH terbukti ketika seseorang mendahulukan cintanya kepada ALLAH daripada selainNYA meskipun kecintaan pada ALLAH menyelisihi keinginan hawa nafsunya dan membenci apa yang dibenci oleh ALLAH walaupun hawa nafsunya mencintainya. Berkasih sayang kepada orang yang berloyalitas kepada ALLAH dan RasulNYA sebaliknya keras terhadap orang-orang yang menentang ALLAH dan rasulNYA.

6. Tunduk, si pelaku tunduk dan patuh terhadap hukum-hukum yang terkandung dalam kalimat tauhid tersebut sebagaimana firman ALLAH dalam surah Luqman:22

“ Dan Barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang Dia orang yang berbuat kebaikan, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan “.
 Dan Surah An nisa 65
  
“ Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu (Muhammad) sebagai hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya”.

7. Si pelaku menerima secara total kalimat tauhid tersebut, karena ALLAH telah mengkhabarkan kepada kita bagaimana balasan orang yang enggan merima kalimat tauhid ini sebagaimana firman ALLAH Ashaffat:35-38

“ Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: "Laa ilaaha illallah" (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri 36. Dan mereka berkata: "Apakah Sesungguhnya Kami harus meninggalkan sembahan-sembahan Kami karena seorang penyair gila?". 37. Sebenarnya Dia (Muhammad) telah datang membawa kebenaran dan membenarkan Rasul-rasul (sebelumnya). 38. Sesungguhnya kamu pasti akan merasakan azab yang pedih “.

PENUTUP
Demikianlah sekelumit pembahasan makna dan syarat-syarat dari kalimat tauhid Laa ilaha illallah. Sehingga kita mengetahui apa makna dan konsekuensi dari kalimat tersebut dan membuat kalimat tersebut bermanfaat bagi si pengucapnya.

Read More..

Kamis, 04 Juni 2009

BAHAYA LISAN DAN LIDAH

( Dikutip dari Tulisan Dr. Falih bin Muhammad ah-shugair)

artikel lengkap klik disini

http://www.salafishare.com/id/28350WW3B4VW/Bahaya%20Lisan%20dan%20Lidah.pdf
Al-Qur'an dan As-Sunnah memberi perhatian yang sangat besar terhadap lidah dan ucapan. Ini terlihat dari pesan-pesannya yang menganjurkan agar menggunakannya dalam segala bentuk kebaikan dan memperingatkan agar tidak menggunakannya dalam segala macam kejahatan.
ALLAH swt. menerangkan urgensi kata-kata yangdiucapkan oleh manusia dalam firman-Nya 

Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir. (Qaaf : 18)

ALLAH juga memperingatkan agar manusia berhati-hati menggunakan lisan dalam hal-hal yang tidak diketahuinya, ALLAH swt. Berfirman:

(ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal Dia pada sisi ALLAH adalah besar. (An nuur : 15)


Selain itu ALLAH juga menjelaskan beberapa jalan kebaikan yang harus ditempuh oleh lisan dalam firman-Nya :

Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau Mengadakan perdamaian di antara manusia. dan Barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keredhaan Allah, Maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar. (An nisaa' :114)


Mengingat kedudukan ucapan di dalam Islam begitu tinggi, penting, dan cakupannya sangat luas, Rasulullah saw. menjelaskannya dalam sebuah hadits yang diriwayat¬can oleh Abu Hurairah r.a. (dalam kitab ash-Shahiihain) -ahwa Ras.ulullah saw. Bersabda:

إنّ الرّجل ليتكلّم بلكلمة مايتبيّن فيها يزلّ بها في الناّرأبعدمابين المشرق والمغرب

“Seseorang berbicara dengan suatu kalimat tanpa disertai kejelasan (bukti)oleh karena ucapannya itu, ia jatuh ke dalam neraka yang jaraknya lebih jauh dari jarak timur dan barat. " 

Diriwayatkan oleh Bukhari no. 6477, kitab ar-raqaaq, Bab hifdzil lisaan dan Muslim no. 2988 kitab zuhud, bab takallum bil kalimah yahwii bihaa fin naar.

Saudaraku, coba simak dan renungkan kembali pernyataan Rasulullah saw., "Berbicara dengan suatu kalimat tanpa disertai kejelasan (bukti)." Dari sini, engkau tahu besarnya nikmat lisan dan kewajiban menjaga dan meliharanya, sehingga hanya mengucapkan yang benar. jika tidak ada yang perlu diucapkan hendaknya diam, seperti yang dijelaskan oleh Rasulullah ¬dalam sebuah hadits shahih :

من كان يؤمن با الله واليوم الاخر فليقل خير أوليصمت

"Barangsiapa yang beriman kepada ALLAH dan hari akhir,hendaknya berbicara yang baik atau diam. " 

(HR Bukhari no. hadits 6135. Kitab al-adab bab ikraamidh- dhaif wa khidmatih dan Muslim, vol. 1 hlm. 69, no. hadits 48 Kitab al-iimaan, Baab al-hats 'ala ikraamil jaar wadh dhaif.)

Imam Ahmad dan para penyusun kitab as-Sunan meriwayatkan sebuah hadits panjang bahwa Mu'adz bin Jabal menemui Nabi saw. dan berkata,


"Tunjukkan kepadaku suatu perbuatan yang akan mem¬buatku masuk surga." Rasulullah saw menjawab, "...Engkau harus menjaga ini sambil menunjuk ke arah lidahnya." Mu'adz mengulangi lagi pertanyaan yang sama, maka Rasulullah saw. bersabda, "Celaka engkau Mu'adz, bukan¬kah manusia itu tersungkur di dalam neraka hanya karena akibat dari ucapan mereka. Tirmidzi berkata, "Hadits ini adalah hadits hasan shahih. 

Diriwayatkan oleh Ahmad, vol. 5 him. 231, 236 dan 237, Tirmidzi, vol. 5 hlm. 13, no. hadits 2616. Kitaab al-iimaan, Baab maa jaa'a fii hurmatis shalaah, dan Ibnu Majah, vol. 2 him. 1315, no. hadits 3973. Iiitaab al-fitan, Bab kaffil lisaan fil fitnah

Generasi salafus saleh rahimahumullah, sangat mengerti besarnya arti dan urgensi anggota tubuh yang satu ini, sehingga mereka menjaganya dengan baik dan sangat thawatir bila ia akan menjerumuskan mereka pada kebinasaan. 

Pada suatu saat, Abu Bakar r.a. memegang lidahnya seraya berkata, "Inilah yang bisa menjerumuskanku ke dalam malapetaka."

Ibnu Abbas r.a. juga pernah menarik lidahnya seraya berkata, "Awas! Katakanlah yang baik niscaya engkau ber¬untung dan diamlah dari yang buruk niscaya engkau selamat. Jika tidak, ketahuilah engkau akan menyesal." mendengar pernyataan ini, ada yang bertanya, "Hai Ibnu Ibbas, kenapa engkau berkata begitu?" Ibnu Abbas menjawab, "Aku mendapat berita bahwa pada hari kiamat tidak ada satu anggota tubuh yang lebih menyesakkan dan membuat marah manusia daripada lidahnya, kecuali bagi orang yang mengatakan kebaikan atau mendiktekan kebaikan."

Umar ibnul Khaththab r.a. berkata, "Barangsiapa banyak berbicara, maka banyak kesalahannya; barangsiapa banyak kesalahan, maka banyak dosanya, barangsiapa banyak dosa, maka neraka adalah tempat yang lebih pantas untuknya."

Hasan al-Bashri berkata, "Lidah adalah pemimpin ¬badan. Jika dia menganiaya anggotanya sekecil apapun maka seluruh anggotanya berdosa, dan jika menjaganya maka seluruh anggotanya juga terjaga."

Seyogianya kita meneladani sikap generasi salaf seperti diterangkan di atas dalam menjaga lisan, sehingga memperhitungkan ucapan dengan cermat dan jika kelua¬r dari mulut, maka benar-benar pada tempatnya.

Adakalanya manusia menyesal karena diam, tapi penyesalan akan lebih besar jika dia mengucapkan sesuatu yang merugikan, seperti berbicara tentang kebatilan dan ucapan yang sia-sia sperti prosa berikut ini

"Pertimbangkanlah ucapanmu saat bicara 
Dan jangan jadi orang yang banyak bicara

Mungkin engkau akan menyesal satu kali karena diam 
Tapi karena bicara engkau akan berkali-kali menyesal"

Oleh sebab itu, ALLAH swt. melarang manusia agar tidak berbicara tentang kebatilan dalam segala bentuknya. Berada di urutan pertama ucapan yang tidak berguna ini adalah ucapan yang mengandung unsur mempermainkan ALLAH swt., atau Rasulullah saw., atau agama dan ajaran-ajarannya. Atau, orang-orang yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, terutama para ulama dan da’i. ALLAH swt. menerangkan ciri-ciri orang-orang kafir yang mempermainkan agama dan penganutnya yang taat dalam firman-Nya :

64.Orang-orang yang munafik itu takut akan diturunkan terhadap mereka sesuatu surat yang menerangkan apa yang tersembunyi dalam hati mereka. Katakanlah kepada mereka: "Teruskanlah ejekan-ejekanmu (terhadap Allah dan rasul-Nya)." Sesungguhnya Allah akan menyatakan apa yang kamu takuti itu.
65. Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang .apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya Kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja." Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?"
66. Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.
(attaubah:64-66)


Contoh ucapan batil yang tidak berguna lainnya adalah mempermainkan dan mengejek manusia, mencoreng kehormatan, membeberkan kejelekan orang lain (tanpa sebab syar’i) dan mengadu domba, melontarkan kata-kata kotor, menipu dan berbohong, mencaci dan memaki, menyebarkan ungkapan porno, mencari-cari kesalahan dan membicarakannya dengan tanpa beban, dan mencela kekurangan dalam hal pisik maupun akhlak. Semua itu merupakan penyakit yang sangat berbahaya. Sekali lidah jatuh ke dalamnya, maka ia akan binasa. Diriwayatkan dalam kitab Musnad Imam Ahmad rahimahullah bahwa Rasulullah saw. bersabda 

"Jangan sakiti hamba-hamba ALLAH. Jangan permalukan mereka dan jangan mencari-cari aib mereka, karena sesungguhnya, barangsiapa yang mencari-cari aib saudaranya, maka ALLAH akan mencari aibnya, lalu membongkarnya di dalam rumahnya sendiri".

Diriwayatkan oleh Imam P.hmad dalam kitab al-Musnad, vol. 5 hlm. 279

Semoga ALLAH mengasihi orang yang mengatakan bait puisi berikut ini.

"Jagalah lidahmu agar tidak menyebut aib seseorang. 
Karena dirimu penuh dengan aib dan semua manusia punya lidah

Jika matamu melihat kesalahan-kesalahan orang lain.
Jagalah dan katakan, 'Hai mata, semua orang juga punya mata

Salah satu tanda keberuntungan dan kesempurnaan seorang muslim adalah mampu menggunakan alat yang sensitif ini dengan baik dan mengucapkan kata-kata yang bermanfaat untuk kebaikan diri sendiri, keluarga, dan masyarakat, serta berguna untuk agama. Jika kita cermati dakwah kepada kebaikan, mendamaikan antara dua pihak yangng bertikai, memberi bimbingan untuk melakukan hal-hal yang terpuji, mengarahkan masyarakat kepada aktivitas-aktivitas yang bermanfaat, memberi nasihat, dan meluruskan perilaku kaum muslimin, maka kita dapat melakukannya, baik dengan ucapan verbal, maupun melalui tulisan, program radio, dan surat kabar. ALLAH swt. berfirman:

33. Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (Fushsilat:33)


Bila kau cermati kondisi nyata kebanyakan orang yangq ada di sekeliling kita, engkau akan terkejut dengan begitu banyaknya penggunaan lisan dalam pembicaraan yang tidak berguna. Apakah engkau tidak merasa ngeri melihat banyaknya cerita yang diterbitkan? Tidakkah engkau merasa takut akan perbincangan yang disebarkan melalui radio dan surat kabar, serta obrolan dalam sekian banyak kesempatan yang sarat dengan ghibah (membicarakan kejelekan orang lain), adu domba, percekcokan dan perpecahan, mencari-cari kelemahan dan kepura-puraan yang kasat mata? Apakah kamu tidak takut akan berbagai bentuk pembicaraan haram dan terlarang lainnya?

Apakah orang yang menulis suatu ungkapan tidak pernah merasa takut, bila tulisannya akan menyesatkan sekian banyak manusia, baik yang ditulis dalam buku, surat kabar, majalah maupun media lainnya ? Apakah orang yang meng¬hadiri suatu pertemuan tidak merasa jerih saat lidahnya mencoreng kehomatan fulan atau fulan (gosip)? Apalagi jika yang tercoreng seorang ulama dan orang sholeh ???

Apakah orang-orang tidak takut lagi untuk menipu, memberi kesaksian palsu dan berbohong? Apakah orang¬orang seperti itu dan lainnya, tidak pernah takut jika kata-¬kata yang terlontar dari lidahnya akan menjerumuskan mereka ke dasar neraka yang jaraknya ditempuh dalam 70 tahun? Seharusnya, mereka merenungkar. firman ALLAH 'Azza wa Jalla berikut ini.

18. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir.

Saudaraku kaum muslimin, sungguh, merupakan kerugian yang sangat besar jika manusia tidak dapat menggunakan lidah untuk mendukungnya melakukan ketaatan kepada ALLAH, mengerjakan sekian banyak kebaikan, meraih pahala, dan meningkatkan derajatnya di sisi ALLAH. 

Semoga ALLAH swt. menjadikan kita termasuk orang-orang yang semua anggota tubuhnya memberikan kes¬aksian baik pada hari kiamat dan tidak memberi ke¬saksian buruk. Saya juga memohon kepada ALLAH agar kita diberi keikhlasan dalam ucapan dan perbuatan, mendapat ampunan, diberi kesehatan, dan keselamatan yang kekal di dunia dan akhirat. Sesungguhnya, ALLAH Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan, dan hanya Kepada-Nya kita memohon pertolongan. Read More..

Konsekuensi bagi orang yang berkata ALLAH tuhanku

artikel lengkap klik link berikut ini

http://www.salafishare.com/297PWM3LX7JV/1K6BJ81.pdf

Lihatlah betapa kerasnya kerja iblis dan pasukannya mereka menghiasi manusia perbuatan-perbuatan yang fatal menjadi seolah-olah perbuatan yang sholih. Sebuah ibrah (pelajaran bagi orang yang mau berpikir) ALLAH mengabadikan keyakinan kaum musyrikin Makkah ketika diutusnya seorang rasul kepada mereka dan untuk umat manusia setelah mereka dimanapun mereka berada, apapun suku, bahasa dan warna kulit mereka 


Pelajaran pertama bahwa kaum musyrikin makkah meyakini ALLAH lah rabb mereka ini terlihat dari firman ALLAH pada surah yunus:31

Artinya “ Katakanlah (hai Muhammad) : siapakah yang memberi rizqi kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan dan mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan ? maka mereka (musyrikin makkah ) menjawab :” ALLAH”, maka katakanlah (hai Muhammad) “ mengapa kamu tidak bertaqwa kepadaNYA.

Almu’minun (23) :84-89

84. Katakanlah (hai muhammad) : "Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui?"

85. Mereka (kaum musyrikin makkah) akan menjawab: "Kepunyaan ALLAH." Katakanlah: "Maka Apakah kamu tidak ingat?"

86. Katakanlah (hai muhammad): "Siapakah yang Empunya langit yang tujuh dan yang Empunya 'Arsy yang besar?"

87. Mereka (kaum musyrikin makkah) akan menjawab: "Kepunyaan ALLAH." Katakanlah: "Maka Apakah kamu tidak bertakwa?"

88. Katakanlah (hai muhammad) : "Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?"

89. Mereka (kaum musyrikin makkah) akan menjawab: "Kepunyaan ALLAH." Katakanlah: "(Kalau demikian), Maka dari jalan manakah kamu ditipu?"

Azzumar (39):38

38. Dan sungguh jika kamu (hai muhammad) bertanya kepada mereka (kaum musyrikin makkah): "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka menjawab: "ALLAH".Katakanlah: "Maka Terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain ALLAH, jika ALLAH hendak mendatangkan kemudharatan kepadaKu, Apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika ALLAH hendak memberi rahmat kepadaKu, Apakah mereka dapat menahan rahmatNya?. Katakanlah: "Cukuplah ALLAH bagiku". kepada- Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri.


Az zukhruf:87

87. Dan sungguh jika kamu (hai muhammad) bertanya kepada mereka (kaum musyrikin makkah) :"Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: "ALLAH", Maka Bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah ALLAH )?

dari pelajaran pertam ini dapatlah kita simpulkan bahwasanya mereka kaum musyrikin makkah pada saat meyakini bahwa rabb (tuhan) mereka adalah ALLAH. Sekarang timbul pertanyaan mengapa mereka masih dicap musyrik oleh ALLAH.

inilah jawabannya (pelajaran ke-2) yang ALLAH abadikan untuk ibrah bagi umat setelah mereka yang termaktub dalam surah Ash shaaffaat (37): 35-36

35.Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: "Laa ilaaha illallah" (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri

36. Dan mereka berkata: "Apakah Sesungguhnya Kami harus meninggalkan sembahan-sembahan Kami karena seorang penyair gila?"


Inilah pelajaran ke-2 sesungguhnya mereka dicap musyrik oleh ALLAH karena mereka beribadah kepada ALLAH disamping itu mereka juga beribadah kepada Latta dan uzza.
Dari ayat 35 sangatlah jelas mereka memahami makna dan konsekuensi dari kalimat Laa ilaaha illallah sehingga mereka menolaknya, dan ironinya kalimat ini dibaca berulang-ulang oleh sebagian besar kaum muslimin namun mereka tidak paham akan makna dan konsekuensinya.

Dari ayat 36 dapat diambil pelajaran mengenai sifat orang yang tersesat selalu memberikan gelar (laqob) yang jelek kepada pembawa kebenaran (agar mereka phobi terlebih dahulu) seperti kaum musyrikin makkah menggelari rasul sebagai penyair gila

Apa yang mereka perbuat sehingga mereka dinyatakn musyrik oleh ALLAH salah satunya mereka menjadikan latta dan uzza sebagai tempat berlindung (menjadikan pelindung) dari marabahaya dan meminta manfaat dimana kedua hal ini adalah kekhususan ALLAH sebagai mana firmanNYA dalam surah Azzumar(39):3

3. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan Kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.

dan juga mereka menjadikan latta dan uzza sebagai wasilah mendapatkan syafaat sebagai mana ALLAH firmankan dalam
surah Azzumar(39): 43-44

43. Bahkan mereka mengambil pemberi syafa'at selain Allah. Katakanlah: "Dan Apakah (kamu mengambilnya juga) meskipun mereka tidak memiliki sesuatupun dan tidak berakal?"

44. Katakanlah: "Hanya kepunyaan Allah syafaat itu semuanya. Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi. kemudian kepada- Nyalah kamu dikembalikan".

Konsekuensi bagi orang yang berkata ALLAH adalah rabbnya adalah beribadah hanya kepadanya dan menjauhi kesyirikan yang merupakan implementasi dari kalimat tauhid Laa ilaha illallah (lihat artikel makna Laa ilaha illallah).

Demikianlah hanya kepadaMU lah ya ALLAH kami beribadah dan hanya kepadaMU lah kami akan kembali. Mudah-mudahan artikel ini bermanfaat bagi orang-orang yang menjadikan Firman ALLAH dan sunnah nabiNYA yang shohih yang mana dalam memahami keduanya ini disertai oleh pemahaman para shahabat nabi sebagai rujukan dalam memahami islam ini. Read More..